Minggu, 15 April 2012

MAKALAH
Mata Kuliah Teknologi Pembelajaran

Pembelajaran Aktif
(Active Learning)





Disusun Oleh:
Aris P
Dadang Bagus Sancaya
Sarita
Sutarti


MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYAWACANA
SALATIGA 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
           Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif di mana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Siswa menggunakan otak untuk melakukan pekerjaannya, mengeluarkan gagasan, memecahkan masalah dan dapat menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar untuk mempelajari sesuatu dengan baik.
Menurut Dave Meier (2003), untuk dapat mengajar dengan sukses memerlukan dua sayap yaitu kesangsian atau bersikap skeptis dan keterbukaan atau bersedia menerima hal-hal baru tanpa syarat. Jika membusuk salah satu sayap, lubang dalam lingkaran yang semakin mengerucut dan akhirnya jatuh. Jika membutuhkan kedua-duanya digunakan secara bersama-sama dapat terbang membumbung tinggi. Tetapi kadang-kadang orang lebih suka salah satu sayap dibanding yang lain, atau tidak bisa menggunakan keduanya secara memadai untuk meloncat dari tempat bertengger. Maka orang tersesat dalam menjalankan tugas sebagai pembimbing belajar.
Sayap kesangsian, orang sangat sedikit kesangsian dalam manajemen pendidikan sangat sentralistik sehingga menimbulkan berbagai masalah manajerial yang berakibat pada pemasungan partisipasi masyarakat bahkan sampai kepada pemasungan otonomi keilmuan. Masyarakat merasakan betapa pembinaan pendidikan Indonesia sangat otoriter dan represif. Demikianlah sudah pada waktunya apabila melihat kembali struktur dan isi kurikulum pendidikan agar lebih sesuai dengan otonomi, keilmuan, desentralisasi dan organisasi yang efisien. Tanpa reformasi, pendidikan di Indonesia akan terus bertengger di atas menara gading sehingga tidak memberikan sumbangan pada lahirnya suatu masyarakat Indonesia baru yang demokratis.
Dengan sayap keterbukaan, penting pula untuk tetap terbuka terhadap inovasi yang dapat membuka hasil nyata. Hidup adalah proses gerakan, perubahan dan pertumbuhan yang terus menerus. Alam semesta dan manusia di sendiri selalu mengalami perubahan, tidak ada sesuatu pun yang hidup bisa tetap diam, melainkan terus berkembang. Hanya karena sesuatu cara berpikir atau bertindak yang baru tidak sesuai dengan kebudayaan atau kebiasaan, bukan berarti itu buruk, bukan pula berarti bahwa itu baik. Namun jika seseorang terus menerus, mencari yang baik dalam pasang surut kehidupan, memisahkan bulir padi dari sekam, maka akan tetap sehat, aktif dan hidup secara mental spiritual ataupun professional.
Dengan merentangkan dua sayap kesangsian dan keterbukaan secara seimbang maka akan lebih mampu membedakan yang imitasi dengan yang asli, menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mengoptimalkan belajar aktif, dan menikmati keberhasilan lebih besar dalam usaha untuk meningkatkan kualitas.
Metode-metode belajar konvensional yang ditekankan pada awal ekonomi industri, cenderung menyerupai bentuk dan gaya pabrik, mekanisasi, standarisasi, kontrol luar, satu ukuran untuk semua, pengkondisian behavioristis (hadiah dan hukuman). Fragmentasi dan intervensi pada format “Aku bicara Kau Mendengar”. Itulah satu-satunya cara untuk mempersipkan pekerja menyelami kehidupan yang kering dan membosankan dalam pekerja di lingkungan industri.
Namun sekarang, pelatihan, pembelajaran bukan hanya untuk mempersiapkan pekerja pabrik yang pasif dan patuh, melainkan pekerja berpengetahuan yang harus senantiasa menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Begitu juga dalam pembelajaran di kelas/sekolah, perlu adanya suatu perubahan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Menyadari kenyataan seperti ini para pengajar berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang dipilih adalah strategi belajar aktif (active learning strategy).
Tujuan pembelajaran aktif (aktif learning) bukan mengajari orang memberi tanggapan instingtif terhadap pekerjaan monoton yang relatif tidak membutuhkan pilihan, melainkan menyulut sepenuhnya kekuatan mental dan psikologi manusia untuk berpikir, memecahkan masalah, melakukan perubahan dan belajar.
Pelatihan untuk era belajar ditandai dengan keterlibatan penuh pembelajaran kerjasama murni, variasi dan keragaman dalam metode belajar, metode internal (dan bukan semata-mata eksternal). Adanya kegembiraan dan kesenangan dalam belajar dan integrasi belajar yang lebih menyeluruh ke dalam segenap kehidupan organisasi. Alasannya karena belajar bukan lagi persiapan untuk bekerja, belajar adalah bekerja, oleh karena itu sekarang berada dalam budaya belajar yang belum pernah ada dalam sejarah, sangatlah penting untuk menemukan cara-cara mempercepat dan mengoptimalkan belajar secara efektif. Mengajar bukan sekedar mentransfer pengetahuan tetapi bagaimana membantu siswa dapat belajar.
Pembelajaran aktif bisa dibangun oleh seorang guru yang gembira, tekun dan setia pada tugasnya, bertanggungjawab, mampu menjadi motivator yang bijak, berpikir positif, terbuka pada ide-ide baru dan saran dari siswa atau orang tua/masyarakat, tiap hari energinya untuk siswa supaya belajar kreatif, selalu membimbing, menjadi seorang pendengar yang baik, memahami kebutuhan siswa secara individual dan mengikuti perkembangan pengetahuan (Ahmadi, 2011: 3).

B.    Tujuan
            Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.    Ingin mendeskripsikan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran aktif (Active Learning).
2.    Ingin mendeskripsikan tentang ciri-ciri pembelajaran aktif (Active Learning).
3.    Ingin mendeskripsikan tentang model-model pembelajaran aktif (Active Learning)

C.    Rumusan Masalah
    Dalam latar belakang masalah di atas merupakan pengungkapan permasalahan masih sering didengar. Oleh karena itu permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran aktif (Active Learning)?
2.    Bagaimanakah ciri-ciri pembelajaran aktif (Active Learning)?
3.    Model belajar apa saja yang termasuk dalam pembelajaran aktif (Active Learning)?

D.    Sistematika Penulisan
      Untuk mempermudah memahami isi makalah ini, maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang
B.    Tujuan
C.    Rumusan Masalah
D.    Sistematika
Bab II Pembahasan
A.    Pengertian Pembelajaran Aktif
B.    Ciri-ciri Pembelajaran Aktif
C.    Model-model Pembelajaran Aktif
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan
B.    Saran-Saran

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembelajaran Aktif
1.    Pengertian  Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif yaitu suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Sedangkan pengertian belajar aktif satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak (Hisyam Zaini, 2008:XIV).
Dari dua pengertian diatas berbeda yaitu pembelajaran menekankan guru mengajak agar siswa belajar aktif sedangkan belajar aktif menekankan pada cara siswa belajar untuk memahami dan menyimpannya dalam otak. Pengertian di atas untuk menekankan pada penulisan yang berpusat pada pembelajaannya itu melupakan strategi pembelajaran bagi guru terhadap siswa.
        Pembelajaran aktif (active learning) adalah proses belajar dimana mahasiswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan.  
      Meyer & Jones (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.
Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan sarana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Pertimbangan untuk menggunakan pembelajaran aktif yaitu realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang lebih senang membaca, ada yang senang berdiskusi dan ada juga yang senang praktik langsung. Inilah yang disebut dengan gaya belajar atau learning style. Untuk dapat membantu peserta didik dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar itu sebisa mungkin diperhatikan untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang kurang yang melibatkan kedua belajar yang banyak. Maka belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi, tanpa ada kesempatan untuk berdiskusi, membuat pertanyaan, mempraktekkan bahkan mengajarkan pada orang lain (Silbermen, 2006:6). Tidak hanya itu saja pendapat lain pembelajaran aktif (active learning) adalah belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan “otak” (sadar), rasional memakai “otak kiri” dan verbal tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi indra dan sarafnya (Dove Meier, 2003:54).
Beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Seperti tampak pada gambar-gambar berikut:








2.    Hasil Penelitian tentang Pembelajaran aktif
Telah banyak ditemukan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika para mahasiswa peserta proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang diperoleh. Dengan cara ini diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.
Table 1.1
Macam-macam Penelitian yang Relevan
dengan Active Learning

No.    Judul Penelitian    Hasil Penelitian
1.    Dra. Harminingsih, M.Pd
Judul: Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Materi Logaritma Bagi Siswa Kelas X Program Akselerasi SMA 1 Surakarta Tahun  Pelajaran 2008-2009    Terdapat peningkatan penguasaan materi ini mulai dari siklus I siswa dapat meningkat sebesar 28% dari kondisi awal sedang dari kondisi di siklus I setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat sebear 30%.

2.    Sriyanto
Judul: Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Index Card Match Tentang Proses Pembentukkan Tanah IPA Kelas 5 SD Negeri Singget 1    1.    Index Card Match dapat mengaktifkan siswa pada proses pembelajaran IPA kelas 5 dengan materi pokok proses pembentukan tanah di SD Negeri Singget 1.
2.    Index Card Match dapat meningkatkan pemahaman siswa, yaitu dapat dilihat dari pra pembelajaran nilai rata-rata 56 dengan ketuntasan 0%, dilanjut siklus 1 nilai rata-rata 78 dengan ketuntasan 68,44%, dan siklus 2 nilai rata-rata 86 dengan ketuntasan 89,80%.  
3.    Lina tahun 2009.
Judul: Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Flowchart pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2009/ 2010    Saat pembelajaran IPA dengan menggunakan media flowchart, siswa yang aktif lebih banyak (sebagian besar siswa) dibandingkan saat pembelajaran IPA tanpa menggunakan media flowchart (sebagian kecil siswa yang aktif). Hal itu menunjukkan peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti PBM IPA saat tanpa menggunakan media dengan PBM IPA yang menggunakan media flowchart
4.    Sri Murwati tahun 2010
Judul: Peningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pembagian Dua Angka melalui Penggunaan Metode Bermain Peran  pada Siswa Kelas II SD Candisari 1 Purwodadi Semester 1I Tahun Ajaran 2009 / 2010    Nilai siswa saat pembelajaran Matematika tanpa menggunakan metode bermain peran dalam kondisi awal dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) sebanyak 48% dan yang sudah tuntas sebanyak 52%. Pada pelaksanaan  siklus I siswa yang belum tuntas memenuhi nilai KKM sebanyak 44% dan siswa yang sudah tuntas sebanyak 56%, pada pelaksanaan siklus II siswa yang tuntas memenuhi KKM mencapai 100%. Berarti ketuntasan siswa pada kondisi awal ke kondisi siklus 1 ada peningkatan sebesar 4% dan pada kondisi siklus 1 ke kondisi siklus II ada peningkatan sebesar 44%.
5.    Widi Prasetio tahun 2008.
Judul: Peningkatan  Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Bermain Peran Materi Perkalian dan Pembagian Pada Siswa Kelas II SDN 3 Jaten, Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2007/2008    Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas II dengan jumlah siswa 23 siswa. Hasil nilai rata – rata siswa pada post tes I 55 dan pada post test II nilai rata – rata siswa adalah 78. Sehingga kesimpulan pada penelitian ini dengan penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan prestasi siswa materi perkalian dan pembagian.
6.    Sarinten tahun 2010.
Judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Card Sort Pada Pembelajaran Perkalian Dan pembagian Kelas II SD Girirejo Kecamatan Tegal Rejo Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.     Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas II dengan jumlah 30 siswa. Pada Postes I nilai rata – rata siswa 57 dan pada postes II nilai siswa 70 Sehingga metode Card Sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa
7.    Eko Srihartanto.
Judul: Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri).    Hasil yang dicapai pada Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri yaitu bahwa proses pembelajaran yang menggunakan PAKEM ternyata dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga prestasi siswa selalu meningkat baik ujian, pencapaian kejuaraan baik akademik maupun non akademik.
8.    Imam Mustaqim tahun 2009:
Judul: Pengaruh Penerapan Strategi Group Resume pada Sub Bab Sistem Peredaran Darah pada Manusia terhadap Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTSN Prambanan Sleman Yogyakarta    Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar IPA-Biologi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi group resume lebih tinggi daripada yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah. Tanggapan siswa terhadap penerapan strategi group resume dalam pembelajaran menunjukkan kategori yang cukup baik dan terdapat perbedaan prestasi belajar IPA-Biologi yang cukup signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi group resume dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi group resume memiliki minat dan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah
9.    Penelitian yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2010 tentang Pengaruh Penerapan Metode Acvtive Learning (Debat, Permainan A La Jigsaw terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Mata pelajaran Ekonomi pada Kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3 Malang tahun pelajaran 2009/2010




    Terdapat pengaruh antara penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar siswa. Dapat disimpulkan  bahwa semakin tinggi tingkat penerapan metode  active learning guru ekonomi, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.
10.    Aenun Hakimah, Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta (2009): Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Fiqh ( Studi Di Kelas Wustho Madrasah Diniyah Miftahul Huda Desa Mandiraja  Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang ). 





    Pelaksanaan strategi Active Learning dalam pembelajaran Fiqh di kelas wustho telah berjalan dengan baik. Namun hal tersebut tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan strategi tersebut. Adapun faktor pendukung dalam penerapan Strategi active learning tersebut antara lain: adanya semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta semangat dari para guru dalam memberikan bimbingan dan pengajaran kepada siswa. Adapun faktor-faktor yang menghambat dalam penerapan strategi active learning antara lain:
1) Faktor yang datang dari siswa, yaitu kurangnya penekanan pada pembacaan tek arab di kelas awwaliyah, kurangnya bimbingan orangtua dalam pelaksanaan belajar di rumah, adanya perbedaan tingkat pendidikan formal siswa.
2) Faktor yang datang dari guru, yaitu minimnya pengetahuan guru dalam memahami active learning. 3) Faktor sarana pendidikan, yaitu belum tersedianya perpustakaan, minimnya peralatan praktik, adanya kerusakan pada beberapa ruang kelas.4) Minimnya waktu yang tersedia dalam pembelajaran Fiqh. Ketiga, Penerapan strategi active learning dalam pembelajaran fiqh di pandang lebih efektif dibanding dengan strategi pembelajaran sebelumnya. Hal ini terbukti dengan beberapa tanggapan siswa yang merasakan hasil positif dari penerapan strategi active learning tersebut.


B.    Ciri-ciri Pembelajaran Aktif
1.    Ciri-ciri pembelajaran Aktif
       Pembelajaran aktif atau active learning merupakan segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini pembelajaran aktif telah diyakini oleh sebagian besar para teoritisi, praktisi dan pemegang kebijakan di hampir seluruh belahan muka bumi ini sebagai sebuah konsep pembelajaran yang memberikan harapan bagi tercapainya mutu pembelajaran.
    Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241).
       Berpegang pada gagasan yang disampaikan oleh  Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah ciri-ciri atau indikator terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:
a.    Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain.
b.    Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.
c.    Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.
d.    Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
e.    Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.
f.    Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.
g.    Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.
h.    Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).
i.    Mendorong peserta didik mengekspresi gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian, dan / atau permainan.
j.    Mendorong peserta didik agar tidak takut berbuat kesalahan.
k.    Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
l.    Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pasangan, kelompok, dan / atau seluruh kelas.
m.    Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan sosial.
n.    Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera.
o.    Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.
p.    Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game).
q.    Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian, pemberian semangat.
r.    Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan.
s.    Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan.
t.    Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.
u.    Mendorong peserta didik menemukan sendiri.
v.    Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.
2.    Alasan dalam menerapkan strategi pembelajaran aktif
            Pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas adalah karena terdapat perbedaan antara pembelajaran aktif dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :
Table 2.1
Perbendaan antara Pembelajaran Konvensional dan Active Learning

Pembelajaran konvensional             Pembelajaran Active learning
Berpusat pada guru                 Berpusat pada anak didik
Penekanan pada menerima pengetahuan     Penekanan pada menemukan
Kurang menyenangkan             Sangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua indera    Membemberdayakan semua
dan potensi anak didik                    indera dan potensi anak didik
Menggunakan metode yang monoton     Menggunakan banyak metode
Kurang banyak media yang digunakan     Menggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan         Disesuaikan dengan
Pengetahuan yang sudah ada             pengetahuan yang sudah ada

          
3.    Cara-cara mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran:
a.    Menggunakan lingkungan untuk belajar aktif
               Pembelajaran aktif dapat dimulai dnegan  menyusun ruangan kelas menjadi ruangan yang mendukung pelaksananan pembelajaran aktif. Penyusunan ruangan ini antara lain dengan cara:
1)    Membentuk huruf U
2)    Corak Tim
3)    Meja Konferensi
4)    Lingkaran
5)    Kelompok untuk kelompok
6)    Worktation
7)    Breakout Groupings
8)    Susunan Chevron
9)    Kelas Tradisional
10)    Auditorium
b.    Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran
Belajar aktif dapat terjadi tanpa partisipasi peserta didik. Terdapat berbagai cara untuk menyusun diskusi dan memperoleh respon dari para peserta didik pada setiap saat selama pelajaran. Beberapa diantaranya sangat tepat ketika waktu terbatas atau keperluan-keperluan partisipasi sangat dibutuhkan. Cara mendapatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran antara lain dengan:
1)    Diskusi Terbuka
Diminta sebuah pertanyaan dan membukanya pada kelompok besar tanpa harus terstruktur lebih lanjut. Kualitas diskusi terbuka secara terus menerus akan terjadi. Jika terjadi kekhawatiran bahwa diskusi akan berjalan terlalu lama.
2)    Kartu-kartu respon
Bagikan kartu-kartu indek dan mintalah jawaban-jawaban tanpa nama terhadap pertanyaan anda. Edarkan kartu-kartu indeks ke seluruh kelompok atau yang lainnya membagikannya. Gunakan kartu respon untuk menghemat waktu atau untuk menghemat waktu atau untuk menghilangkan nama orang dengan penyingkatan diri. Perlunya mengungkapkan jawaban anda secara ringkas pada sebuah kartu merupakan keuntungan lain.
3)    Polling
Dari sistem diskusi di atas merupakan contoh untuk mengarahkan siswa pada belajar aktif dan masih banyak stratego lain yang perlu dikembangkan.
4)    Diskusi Kelompok Kecil
     Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk berbagi informasi
5)    Partner Belajar
Peserta didik diminta mengerjakan tugas/diskusi bersama siswa yang duduk di dekatnya
6)    Whips
Guru mengelilingi kelompok untuk mendapatkan respon pendek dari kelompok.
7)    Panel
Peserta didik diminta mepresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan dmintakan tanggapan dari kelompok lain.
8)    Flasbowl
     Peserta didik dibuat dua kelompok (Kelompok kecil di tengah dan kelompok besar mengelilingi kelompok kecil sebagai pendengar)
9)    Game
Guru menggunakan permainan tertentu/kuis dalam pembelajaran untuk mendapatkan ide, pengetahuan atau keterampilan dari siswa.

4.    Penggunanan Ceramah dalam Pembelajaran Aktif
         Silberman (2009: 24), memberikan pilihan bila pembelajaran aktif menggunakan ceramah, yaitu:
a.    Membangun minat
Hal ini dilakukan dengan cara:
1)    Mengemukakan cerita atau viaual yang menarik kartun, anekdot, atau grafik yang relevan dengan materi
2)    Mengemukakan suatu problem di sekitar cramah yang akan disusun
3)    Memberi peserta didik pertanyaan sehingga termotivasi untuk mendengarkan

b.    Memaksimalkan pemahaman
Hal ini dilakukan dengan cara:
1)    Memberi poin-poin utama dari ceramah
2)     Memberikan ilustrasi kehidupan nyata mengenai gagasan dalam ceramah
3)    Menggunakan alat bantu visual: flip chart, transparansi, hand-out
c.    Melibatkan peserta didik selama ceramah
Hal ini dilakukan dengan cara:
1)  Menantang siswa memberikan contoh dari mkonsep yang disajikan
2) Meminta siswa melakukan aktivitas seperti mengerjakan latihan-latihan
d.    Memberi daya penguat ceramah
      Hal ini dilakukan dengan cara:
1)    Mengajukan problem atau pertanyaan pada peserta didik untuk diselesaikan
2)    Meminta peserta didik merview isi ceramah, atau member test.

5.    Pengaturan Waktu dalam Pembelajaran Aktif
              Belajar aktif memerlukan waktu, oleh karena itu penting agar dalam pembelajaran waktu tidak terbuat. Menurut Silberman (2009: 35), ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran aktif dapat menghemat waktu, antara lain:
a.    Mulailah pembelajaran tepat waktu
b.    Berilah peserta didik intruksi secara jelas
c.    Persiapkan informasi visual pada waktunya.
d.    Bagikan materi dengan cepat
e.    Perlancarlah laporan kelompok kecil, tidak perlu pengulangan  laporan
f.    Jangan biarkan diskusi berjalan dengan lamban
g.    Dapatkan sukarelawan dengan cepat untuk membantu lancarnya pembeajaran
h.    Bersiaga terhadap kelompok-kelompok yang lesu/capek dengan menyediakan beberapa gagasan atau pertanyaan-pertanyaan
i.    Percepatlah langkah aktivitas dari waktu ke waktu
j.    Dapatkan perhatian kelas yang cepat
C.    Model-model Pembelajaran Aktif
1.    Strategi Membangun Tim
Strategi ini membantu peserta didik untuk lebih mengenal dan memahami kembali atau membangun semangat tim dengan kelompok yang telah saling mengenal satu sama lain. Strategi-strategi ini mengembangkan sebuah lingkungan belajar yang aktif dengan menciptakan peserta didik bergerak secara fisik untuk berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, serta untuk memperoleh perasaan suka dan bangga. Contoh strategi pembelajaran yang membangun tim antara lain adalah:
a.     Trading Places (Tempat-tempat Perdagangan)
  Strategi ini memungkinkan para peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Stategi ini merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang.
  Prosedur
1)    Berilah peserta didik beberapa catatan Post-it? (tentukan apakah kegiatan tersebut akan berjalan lebih baik dengan membatasi peserta didik terhadap satu atau beberapa kontribusi.
2)    Mintalah mereka menulis dalam catatn mereka salah satu tentang hal berikut:
3)    sebuah nilai yang mereka pegangi.
4)    sebuah pengalaman yang mereka miliki.
5)    Sebuah pertanyaan tentang materi
6)    Sebuah opini dll.
7)    Mintalah peserta menempelkan catatan tersebut pada pakaian mereka dan mengelilingi ruangan sambil membaca tiap catatan milik peserta lain.
8)    Mintalah peserta didik untuk berkumpul dan saling menukar catatan yang telah diletakkan satu sama lain.
9)    Kumpulkan kembali peserta didik dan mintalah untuk melakukan sharing mengenai apa yang mereka buat dan mengapa demikian.

b. Who is in The Class? (Siapa di dalam kelas?)
Teknik ini sangat baik pemecahan kebekuan suasana dikelas. Strategi ini akan membantu untuk membangun tim dan membuat gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah pelajaran.
Prosedur
1)    Buatlah 6-10 pernyataan dskriptif untuk melengkapi frase.
2)    Bagikan pertanyaan-pertanyaan itu kepada peserta didik dan berilah beberapa perintah.
3)    Ketika banyak peserta didik yang selesai melakukan, beri tanda stop dan kumpulkan kembali kekelas.
4)    Anda mungkin ingin memberi hadiah bagi yang selesai duluan. Yang lebih penting adalah mengamati peserta di kelas mengenai peran masing-masing. Kembangkan diskusi singkat tentang beberapa  bagian yang mungkin merangsang perhatian dalam topik pelajaran.
c. Group Resume (Resume Kelompok)
Teknik resume secara kusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu peserta didik lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim pada kelompok yang anggotanya telah saling mengenal satu sama lain.
               Prosedur
1)    Bagilah peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-6 anggota.
2)    Beritahukan kepada peserta didik bahwa kelas memiliki kesatuan bakat dan pengalman yang hebat.
3)    Sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat sebuah resume kelompok.
4)    Berikan kelompok catatan berita dan penilaian untuk menunjukan resume mereka.
5)    Ajaklah masing-masing kelompok menyampaikan ringkasannya dan menanyakan semua sumber yang ada dalam seluruh kelompok tersebut.

d. Prediction (Memperkirakan)
Strategi ini merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didik menjadi kenal satu sama lain, cara ini juga merupakan sebuah eksperimen yang menarik pada kesan pertama.
               Prosedur
1)    Bentuklah sub-sub kelompok dari 3 atau 4 peserta didik
2)    Beritahukan kepada mereka tugasnya adalah meramalkan bagaimana masing-masing anggota kelompoknya akan menjawab tentang pertanyaan yang dipersiapan untuk mereka.
3)    Mintalah sub-sub kelompok memulai dengan memilih satu orang sebagai subyek pertamanya.
4)    Mintalah masing-masing anggota kelompok bergiliran sebagai orang fokus/utama.
e. The Company You Keep (Mencari Teman Membentuk Kelompok)
Teknik ini memperkenalkan gerakan fisik tepat sejak awal dan membantu peserta didik lebih saling mengenal satu sama lain. Aktivitas kelas bergerak dengan cepat dan banyak menyenangkan.
               Prosedur
1)    Buatlah sebuah daftar kategori yang anda pikir untuk lebih mengenal pelajaran yang anda sampaikan. Kategori tersebut meliputi: bulan kelahiran, Orang yang disuka/tidak disuka, dan Kesukaan
2)    Bersihkan ruangan agar siswa dapat keliling dengan bebas.
3)    Sebutkan sebuah kategori. Arahkan para peserta didik untuk menentukan secepat mungkin semua orang yang akan mereka kaitkan dengan kategori yang ada.
4)    Ketika peserta didik telah membentuk kelompok-kelompok yang tepat, mintalah mereka berjabat dengan tangan teman. Ajaklah semua untuk mengamati secara tepat berapa banyak orang yang ada di dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
5)    lanjutkan segera pada kategori berikutnya.
6)    kumpulkan kembali seluruh kelas. Diskusikan perbedaan peserta didik yang muncul dari latihan tersebut.
2.    Strategi Penilaian Secara Cepat
a.    Assessment Search (Penilaian Untuk Penilaian)
Hal ini merupakan suatu cara yang menarik untuk memberi tugas materi pelajaran andan secara cepat dan pada saat bersamaan, melibatkan peserta didik sejak awal untuk mengetahuai masing-masing siswa dan belajar kerja sama.
               Prosedur
1)    Bagi 3 atau 4 pertanyaan untuk memahami siswa kita. Seperti : pengetahuan mereka tehadap pelajaran, sikap mereka terhadap pelajaran, latar belakang mereka, dll.
2)    Bagilah kelompok yanhg terdiri ari 3 atau 4 sisea (sesuai  jumlah pertanyaan). Berilah setiap siswa satu dari masing-masing tugas pertanyaan. Mintalah siswa untuk mewawancarai peserta yang lain dalam kelompok itu dan rekam jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepadanya.
3)    Panggil seluruh peserrta dalam sub kelompok yang telah diberikan pertanyaan yang sama.
4)    Mintalah masing-masing sub kelompok mengumpulkan data mereka dan meringkasnya. Kemudian mintalah masing-masing sub kelompok untuk melaporkan kepada seluruh kelas apa yang telah mereka pelajari tentang peserta lainnya.

b.    Class Concern (Perhatian terhadap Kelas)
        Strategi ini memungkinkan kepedulian untuk mengungkapkan dan mendiskusikan secara terbuka, namun dengan cara yang aman.
    Prosedur
1)    Jelaskan kepada siswa bahwa mungkin mereka mempunyai kepedulian terhadap pelajaran
2)    Cantumkan bagian persoalan pada sebuah papan atau flip chart.
3)    Tentuka prosedur pilihan yang memungkinkan kelas memilih 3 besar atau 4 besar masalah penting
4)    Bentuknklah kelas ke dalam 3 atau 4 kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan/menguraikan tentang satu masalah tersebut.
5)    Mintalah setiap kelompok merngkun hasil diskusi untuk dijelskan ke seluruh kelas.
3.    Belajar Bekerja Sama
    Menurut Online Collaborative Learning in Higher Education (2003, hal 1) belajar bersama  adalah “Suatu kegiatan untuk bekerja didalam kelompok untuk mencapai satu tujuan.” Tujuannya untuk mencapai suatu pengertian dan pemahaman dalam suatu masalah dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Gokhale menambahkan bahwa konsep dari belajar bekerja sama ini dapat dibagi dalam cara “berkelompok dan berpasangan” untuk mencapai tujuan dalam mengerjakan tugas (1995).  Johnson and Johnson (1986) berpendapat  belajar jenis ini memiliki beberapa keuntungan, satu diantaranya adalah “Murid memiliki pemikiran yang levelnya lebih tinggi dan  tidak menjadi mudah lupa tentang apa yang dipelajari, dibandingkan dengan murid yang belajar secara individu.” Terlebih lagi dengan belajar dalam kelompok atau berpasangan membuat murid menjadi  “lebih kritis dalam berpikir karena dapat berdiskusi dengan temannya dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.” (Totten, Sills, Digby, & Russ, 1991).  Dua model belajar dengan tipe ini adalah Kekuatan Dua Orang dan Permainan a la Jigsaw.
a.    Kekuatan Dua Orang
Model belajar seperti ini hanya dilakukan secara berpasangan. Menurut Barkley, Cross, dan Major (2005, hal 7), tujuan guru untuk mengaplikasikan model ini dikelas adalah agar murid lebih aktif ikut serta didalam kelas, mempersiapkan murid untuk diskusi yang lebih besar (diskusi untuk seluruh kelas), meningkatkan kemampuan murid untuk meningkatkan strategi pembelajaran dengan cara memecahkan masalah, dan guru dapat mengetahui kemampuan/pemahaman para murid terhadap suatu topik dari tanggapan mereka. “Proses dari belajar ini membantu murid memperjelas pemahaman mereka dan membuka mata mereka terhadap suatu nilai karena mereka dapat melihat beberapa sudut pandang tentang nilai tersebut dari teman mereka”.


      Prosedur
1)    Guru memberikan pertanyaan tentang : “Bagaimanakah kemiripan otak manusia dengan komputer?”
2)    Guru meminta para murid bahwa masing-masing harus memiliki jawaban
3)    Kemudian guru dapat meminta murid untuk mendiskusikan jawaban mereka
4)    Guru dapat membuat suatu diskusi kelas dimana setiap pasangan dapat bertukar pendapat dengan yang lain.
b.    Quiz Team (menguji Tim)
       Strategi ini meningktakan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
Prosedur
1)    Pilihlah topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian
2)    Bagilah peserta didik ke dalam 3 kelompok (A, B, C)
3)    Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah presentasi (10 menit)
4)     Mintalah kelompok A mnyiapkan kuis yang berjawaban singkat, tim B dan C memanfafatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
5)    Tim A menguji Tim B, jika tidak bisa ke tim C
6)    Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada tim C dan ulangi prosesnya
7)    Ketika kuis selesai, lanjutkan ke bagian kedua materi pelajaran dan tunjuk tim B
8)    Setelah tim B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan bagian ketiga dan tentukan tim C sebagai pemimpin kusi.

4.    Belajar Mandiri
        Sincalair (2001) berpendapat bahwa “Belajar mandiri adalah belajar yang akan terjadi secara terus menerus, belajar bagaimana cara belajar, dan mengasah kemampuan berpikir.”   Higland Council Education, Culture, and Sport Service berargumen bahwa guru dapat bertindak sebagai fasilitator.”(2010).  Council Education, Culture, and Sport Service juga menyarankan bahwa fasilitator tersebut dapat membuat anak untuk belajar, menyediakan kesempatan untuk menguji hal yang telah mereka pelajari, memberikan masukan pada proses belajar mereka, dan membantu para murid untuk benar-benar mengerti apa yang mereka pelajari.  Model yang terdapat dalam belajar mandiri adalah: Role-Play/Bermain peran dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
a.    Peta Pikiran
    Zaini, Munthe, dan Aryani (hal 175) berpendapat bahwa pembuatan peta konsep dalam pembelajaran bertujuan agar “Siswa mampu melihat suatu hal dengan lebih teliti/detail, meintegrasikan informasi, melihat hubungan suatu hal inti dan pendukung, mengembangkan kemampuan berpikir secara keseluruhan, meningkatkan strategi belajar, memiliki kapasitas peemikiran mandiri, dan  menggambarkan kesimpulan.” Silberman (2004, hal. 216).
        Zaini, Munthe, dan Aryani (2007, hal 175) peta pikiran adalah “cara siswa untuk mendapatkan konsep yang ada dalam suatu topik atau cerita, yang biasanya ditandai dnegna garisyang mnghubungkan konsep-konsep utama dengan cabangya.”  Sedangkan Silberman (2004, hal 216) berpendapat bahwa peta pikiran adalah “cara siswa yang kreatif untuk merangkum  dan menghasilkan ide.”

Contoh Gambar Peta Pikir
Silberman (216) memberikan beberapa langkah yang efektif dalam membuat pembelajaran peta pikiran.
Prosedur
1)    Guru memilih topik, seperti topik tentang apa yang sudah diajarkan atau topik yang akan dipecahkan sendiri oleh murid. Misalnya tentang kehidupan sehari-hari
2)    Guru menyediakan kertas, pena, atau pensil dan spidol warna/warni untuk murid dalam membuat peta pikiran
3)    Guru meminta murid untuk secara teliti dan detail dalam membuat peta pikiran seperti membuat pokok permasalahan ditengah terlebih dahulu, baru membuat poin-poin penunjang. Guru juga mengajarkan para murid untuk tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata pada setiap detail poin.
4)    Guru meminta siswa untuk berbagi hasil peta pikiran mereka didepan kelas, agar siswa lain dapat belajar dan memberikan pendapat tentang hasil karya siswa yang ada didepan kelas.

b.    Jurnal Belajar
        Konsentrasi dari pemebelajarn ini adalah ketrampilan menulis seperti merangkai kata. Tujuan dari jurnal belajar adalah salah satunya untuk kegiatan reflektif para siswa, sepertinya yang disampaikan oleh Strong, Silver, and Perini (2001) yaitu  “latihan reflektif dapat membantu murid untuk berpikir tentang pembelajaran mereka, kehidupa mereka, dan hal-hal disekitar mereka.” Silberman (2004, hal.221)  juga menegaskan bahwa “Murid dapat menggambarkan apa yang mereka alami, lihat, dan rasakan dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan, yang dapat dibuat dari hari ke hari.” Teacher Vision (2000, hal.1) menambahkan bahwa jurnal belajar dapat diaplikasikan pada pelajaran “membaca Bahasa Inggris, menulis, Matematika, Ilmu pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam).”

Contoh gambar menulis jurnal
Silberman memberikan langkah bagi pengajar untuk memberikan pembelajaran jurnal bagi murid:
1)    Guru menjelaskan kepada siswa untuk merefleksikan pengalaman yang mereka miliki.
2)    Guru meminta siswa untuk menuangkan hal yang mereka alami, lihat, dan rasakan ke dalam suatu bentuk tulisan.
3)    Guru memberi tahu bahwa kesalahan tulisan, ejaan, dan tanda baca tidaklah terlalu penting.
4)    Guru meminta siswa untuk berkonsentrasi pada hal-hal berikut di dalam jurnal mereka: hal yang belum jelas tentang suatu masalah(bertanya), hal yang tidak mereka setujui/sukai, hubungan belajar dengan kehidupan mereka, pengamatan tentang hal disekitar mereka, dan nilai yang dapat mereka ambil tentang situasi disekitar mereka.
5)    Guru akan mengomentari tentang hasil tulisan murid untuk memberikan umpan balik.

5.    Belajar Afektif
a.    Kunjungan Lapangan
Pembelajaran ini termasuk dalam tipe: Apa? Lantas Apa? Dan Sekarang Bagaimana? Menurut Djalil ddk (2005) kunjungan lapangan adalah “ hal yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan lingkungan adalah sumber utama belajar.” Contohnya siswa dapat belajar tentang mamalia di kebun binatang, atau melihat spesies yang sudah hampir punah. Silberman (2004, hal.232) berargumen bahwa “ Siswa dapat meningkatkan pemahamannya degan cara perenungan dan perenungan ini biasanya dilakukan dengan cara debriefing (pewawancaraan/pentanyajwaaban).” 

Contoh gambar kunjungan lapangan di Pabrik gula
Djalil Dkk menambahkan terdapat beberapa langkah untuk menentukan lingkungan sebagai media belajar:
1)    Topik dan materi berhubungan dengan lingkungan yang ada
2)    Lingkungan yang dipilih merupakan salah satu sumber untuk memperkaya materi
3)    Kunjugan lapangan juga meilihat kemudahan akses lingkungan yang akan dilihat, kemurahan, dan keamanan.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk metode ini adalah:
1)    Kondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sudah diajarkan (siswa pergi ke tempat kunjungan lapangan)
2)    Setelah mereka mendapatkan materi hasil kunjungan lapangan, mereka diminta untuk berbagi pengalaman mereka tentang hal yang mereka lakukan, apa yang mereka amati, dan apa yang mereka rasakan.
3)    Siswa dapat merefleksikan hal yang mereka dapat dari kunjungan lapangan (Lantas Bagaimana?) seperti: nilai yang  dapat  mereka ambil, efek apa yang akan mempengaruhi hal yang mereka lakukan,dll.
4)    Siswa menanyakan kepada diri mereka sendiri: “Sekarang Bagaimana?” seperti cara mereka menerapkan apa yang dapat dari kunjungan lapangan dalam belajar mereka, cara lebih memperluas pengetahuan yang mereka dapat dari hasil kunjungan lapangan.”
b.    Debat
Debat adalah suatu sikap untuk mempertahankan sikap, seperti yang diargumentasikan oleh Zaini, Munthe, dan Aryani (2007, hal 39) bahwa debat adalah “Suatu metode yang dapat mendorong siswa atau mahasiswa untuk merenungkan suatu pendapat guna mempertahnkan apa yang mereka perrcayai.” Kathleen (2010) menambahkan debat “adalah salah satu cara belajar yang efektif karena para murid bisa mendapatkan informasi dari teman yang berbeda pendapat.” Jadi metode ini bisa untuk menambah wawasan dan membuka pikiran.  Hal yang dapat ditingkatkan karena debat adalah lebih mampu untuk “membaca secara kritis, berbicara dengan lebiih percaya diri, dan bersikap dan berpikir kritis.” Katleen (2000).

Contoh gambar siswa sedang Debat
Banyak hal yang dapat dijadikan bahan untuk berdebat seperti dibidang ekonomi, pendidikan, sosial, dll. Zaini, Munthe, dan Aryani (hal 39) memberikan beberapa langkah untuk memjalankan pembelajaran debat.
1)    Guru mengembangkan pernyataan yang kontroversial , contohnya tidak ada keharusan untuk mengenakan seragam untuk SD, SMP, dan SMA.
2)    Guru membagi kelompok dalam 2 tim, Pro dan Kontra dari pernyataan
3)    Setiap kelompok mengembangkan argumen mereka sendiri, dan mereka diminta untuk mempertahankan argumen yang  mereka miliki dengan cara memberikan penjelasan secara detil
4)    Ketika seorang kelompok Pro sedang berbicara, kelompok kontra dapat membuat catatan sanggahan atau argmumen.
5)    Guru tidak perlu menentukan siapa yang menang atau kalah. Guru meminta murid untuk menceritakan apa yang mereka dapatkan dalam debat tersebut.

6.    Pengembangan Kecakapan
a.    Role Play/Bermain peran
    Joyce dan Weil(1996, hal 91) berpendapat bahwah bermain peran “membuat murid untuk menjelajahi hubungan masalah manusia dengan berpura-pura berada disuatu keaadaan.” Karena jenis pembelajaran ini berhubungan dengan lingkup sosial dan pendidikan.  Dengan bermain peran siswa dapat mendalami “perasaan, sikap, nilai, dan strategi untuk memecahkan masalah.” Joyce dan Weil( hal 91).Joyce dan Weil (hal 102) juga menambahkan bahwa bermain peran dapat menjadikan masalah sosial sebagai topik contohnya:
1)    Konflik interpersonal: mengungkapan konflik yang dialami antara beberapa orang dan murid dapat mengeksplorasi teknik untuk memecahkan masalah
2)    Hubungan antargrup: seperti isu rasial yang bisa dijadikan cara untuk menghilangkan stereotip dan prasangka.
3)    Dilemma individu: contohnya adalah ketika seseorang merasa bingung untuk memilih salah satu hal yang dia inginkan. Contoh yang lain juga yaitu seperti bermain peran dalam menentukan masa depan.
4)    Sejarah atau masalah saat ini: politik, hukum, pembuatan kebijakan bisa dijadikan bahan untuk bermain peran. Dalam situasi ini , murid dapat menyampaikan pendapat atau saran mereka terhadao suatu kebijakan atau paham politik.
Silberman (2004, hal.250) menyarankan langkah yang dapat dilakukan dalam bermain peran di dalam kelas:
1)    Siswa dibagi dalaam tiap kelompok yang berisikan 3 atau 5 orang.
2)    Siswa dapat diminta untuk membuat skenario sendiri  atau guru juga dapat memberikan skenario/topik yang sudah tersedia (tergantung dari kebijakan guru dan materinya
3)    Siswa dapat berlatih untuk bermain peran sebelum mereka menampilkan didepan kelas.
4)    Ketika misalnya bermain peran yang digunakan adalah masalah ekonomi, ada murid yang berperan sebagai presiden, wakil rakyat, dan rakyat.
5)    Guru akan memberikan batas waktu untuk tampil didepan kelas
6)    Dari penampilan mereka, guru dapat menilai pemahaman siswa tentang eknomi dan juga tentang masalah yang akan mereka selesaikan.

Contoh gambar Bermain Peran
b.    Pemeragaan Tanpa Bicara
          Metode penggunaan teknologi adalah salah satu cara dari pembelajaran Metode Tanpa Bicara. Menurut Silberman (2004, hal. 254), pembelajaran ini adalah “strategi yang digunakan untuk mengajar murid setahap-demi-setahap, yang akan membuat siswa untuk berpikir cermat.”
Prosedur yang digunaka Silberman (hal 154) adalah :
1)    Guru menetapkan sebuah bidang studi untuk dijadikan bahan pemeragaan jenis ini seperti (komputer, matematika, mesin, akuntansi, dll)
2)    Guru meminta siswa memperhatikan apa yang diperagakan  dalam suatu prosedur.
3)    Guru meminta murid untuk berpasangan dalam memeragakan bagian-bagian prosedur yang telah dilakukan guru. Mereka akan berdiskusi untuk melakukan prosedur dengan benar. Guru memeragakan kembali dengan harus sedikit atau tidak sama sekali memberikan komentar atau penjelasan ketika murid merasa kebingungan.
4)    Guru meminta murid untuk melakukan prosedur secara keseluruhan untuk melihat pemahaman mereka.

Contoh gambar Pemeragaan Tanpa Bicara
Pada gambar di atas terlihat seorang guru sedang memperagaan cara penggunaan computer.

7.    Merangsang Diskusi Kelas
a.    Point Counterpoint ( Saling Beradu Pendapat )
Kegiatan ini merupakan sebuah tekhnik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat.
Adapun prosedur pelaksanaanya adalah :
1)    Pilihlah sebuah masalah yang mempunyai dua sisi/perspektif atau lebih.
2)    Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah posisi yang telah anda terapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan argumennya untuk mendukung bidangnya. Doronglah mereka bekerja dengan partner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang kecil.
3)    Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok itu.
4)    Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta didik mempunyai kesempatan menyampaikan suatu argument yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju-mundur antara atau diantara kelompok-kelompok itu.
5)    Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebgaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.
   
b.    Expanding Panel ( Memperluas Panel )
Kegiatan ini merupakan suatu cara yang terbaik untuk merangsang diskusi dan memberkan kepada para perserta didik sebuah kesempatan mengenal, menjelaskan dan mengklarifikasi berbgaia isu sambil menjaga partisipasi aktif dari seluruh kelas.
Adapun prosedur langkah-langkahnya adalah :
1)    Pilihlah sebuah persoalan yang akan memancing perhatian peserta didik. Sampaikan berbagai isu agar para peserta terangsang untuk mendiskusikan pandangan-pandangan mereka. Identifikasikanlah sampai lima pertanyaan untuk diskusi.
2)    Pilihlah empat sampai enam orang berfungsi sebagai kelompok diskusi panel. Aturlah mereka dengan setengah lingkaran di depan ruang.
3)    Mintalah dengan sebuah pertanyaan pembuka yang provokatif, moderasilah sebuah diskusi panel dengan aturan permainan kelompok, sementara pengamat mencatat sebagai persiapan untuk diskusi mereka sendiri. Misalnya beberapa poin yang mungkin dimunculkan dalam seuatu diskuis dari pertanyaan itu “Apa pendapat pro dan kontra tentang rekayasa genetic?” yaitu:
Pro    
Ilmu kedokteran telah mencapai tahap dimana hal itu mungkin. Jadi mengapa menyangkalnya?. Para ilmuan akan mampu menghilangkan rasa sakit dan serita. Para orang tua akan bisa menghindari mempunyai anak-anak dengan cacat kelahiran.
Kontra
Umat manusia hendaknya tidak mengganggu rencana tuhan. “Freaks” genetic mungkin berhasil. Para orang tua hendaknya tidak bisa memutuskan jenis kelamin dari anak-anak yang akan dilahirkan.
4)    Pada akhir waktu diskusi yang ditentukan tersebut, pisahkan seluruh kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk meneruskan diskusi tentang pertanyaan yang tersisa.

8.    Pertanyaan Terlalu Singkat
a.    Planed Question ( Pertanyaan Rekayasa )
Tekhnik ini memungkinkan anda untuk memberikan informasi sebagai jawaban atas pertanyaan yang pernah diberikan kepada peserta didik yang dipilih. Meskipun anda sebenarnya memberikan pelajaran yang telah disiapkan dengan baik, hal ini memberikan kesan bagi peserta didik lain bahwa anda hanya mengerjakan satu sesi Tanya jawab.
Adapun prosedur langkah-langkahnya adalah :
1)    Pilihkan beberapa pertanyaan yang akan memadu pelajaran anda. Tulis tiga sampai enam pertanyaan dan susunlah secara logis.
2)    Tulis masing-masing pertanyaan pada kartu indeks, dan tulis isyarat yang akan anda gunakan untuk mengisyaratkan anda bahwa pertanyaan disampaiakn.
3)    Isyarat-isyarat yang bisa digunakan antara laing :
•    Penggarukan hidung anda.
•    Meletakkan kacamata anda
•    Gerakan jari anda
•    Kenguap
Kartu tersebut bisa berbentuk sebagai berikut :







4)    Sebelum dimulai, pilihlah peserta didik yang akan bertanya. Berilah masing-masing sebuah kartu dan jelaskan isyaratnya. Yakinlah mereka tidak membeeberkan kepada peserta lain bahwa mereka dipersiapkan sebagai penanya.
5)    Bukalah seni Tanya jawab dengan menjelaskan topic dan berikan isyarat pertama anda. Panggillah penanya pertama dan jawab, lanjutkan dengan isyarat dan panggilan lainnya.
6)    Sekarang, lontarkan pertanyaan baru kepada peserta. Anda harus melihat beberapa peserta didik yang mangangkat tangan.
9.    Mengajar Teman Sebaya
a.    Group to Group ( Pertukaran )
Pada strategi ini, tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda. Masing-masing kelompok “mengajar” apa yang telah dipelajari untuk sisa kelas.
Adapun prosedur langkah-langkahnya adalah :
1)    Pilihlah sebuah topik yang mencakup perbedaan ide, kejadian, posisi, konsep, dan pendekatan untuk ditugaskan. Topik harus sesuatu yang bisa dikembangkan sehingga bisa terjadi pertukaran informasi. Berikut adalah beberapa contoh :
•    Dua pertempuran terkenal selama Perang Saudara.
•    Tahap perkembangan anak
•    Cara-cara yang berbeda dalam mengembangkan nutrisi.
•    Perbedaan system pengoperasian computer.
2)    Bagilah kelas ke dalam kelompok sesuai jumlah tugas. Dua sampai empat kelompok cocok untuk aktivitas ini. Berikan cukup waktu untuk mempersiapkan penyajian topik yang telah mereka kerjakan. Contohnya kelompok pertama membahas tentang Gaya Gravitasi dan kelompok kedua membahas Gaya Magnet.
3)    Ketika fase pesiapan selesai, mintalah kelompok memilih seorang juru bicara. Undanglah setiap juru bicara menyampaikan kepada kelompok lain.
4)    Setelah presentasi singkat, doronglah peserta didik bertanya pada presenter atau tawarkan menurut pancangan mereka sendidi. Biarkan anggota juru bicara merespon.
5)    Lanjutkan sisa presentasi agar setiap kelompok memberikan informasi dan merespon pertanyaan serta komentar peserta. Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang saling ditukar.
b.    Jigsaw ( Belajar Jigsaw )
Belajar jigsaw merupakan sebuah tekhnik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan tekhnik pertukaran kelompok ke kelompok lain seperti group to group exchange dengan sebuah perbedaan penting, setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternative menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat dan di saat tidak adan bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap peserta didik memperlajari sesuatu yang dikombinaikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian.
        Adapun prosedur langkah-langkahnya adalah ;
1)    Pilihlah materi yang dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian. Misalnya materi tentang Gaya pada kelas V SD.
2)    Hitunglah jumlah bagian belajar dari jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. Contoh di dalam kelas terdiri dari 12 siswa. Anda dapat membagi menjadi 3-4 kelompok. Dan masing-masing anggota kelompok mendapat tugas yang berbeda-beda.
3)    Setelah selesai bentuklah kelompok Jigsaw Learning. Setiap kelompok mempunyai  wakil dari masing-masing kelompok. Seperti dalam contoh setiap kelompok menghitung 1, 2, 3, dan 4. Kemudian bentuk kelompok baru atau Jigsaw Learning dengan seluruh kelompok yang mempunyai nomor yang sama membentuk kelompok baru.
4)    Jika sudah terbentuk kelompok yang baru sesuai nomor-nomor yang sama berilah tugas pada masing-masing kelompok yang sama untuk mendiskusikan.
5)    Jika diskusi sudah selesai, kembalilah kepada kelompok awal kemudian mintalah anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan materi yang telah dipelajari kepada yang lain.
6)    Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberikan ulasan dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat.
10.    Strategi-strategi Meninjau Ulang
a.    Index Card Match ( Mencocokkan Kartu Indeks )
Ini adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan meserta didik untuk berpasangan dan memainkan kui dengan kawan sekelas.
Adapun prosedur langkah-langkahnya adalah :
1)    Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyamai satu sentengah jumlah siswa.
2)    Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
3)    Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapakali sampai benar-benar tercampur.
4)    Berikan satu kartu kepada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagaian memegang pertanyaan review dan sebagian lain memegang jawaban.
5)    Perintahlah kepada peserta didik untuk menemukan kartu permainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahlah peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama ( beritahu mereka jangan menyatakan kepada peserta didik lain apa yang ada pada kartunya ).
6)    Ketika semua pasangan permianan telah menempati tempatnya, perintahlan setiap pasangan menguji peserta didik lain dengan membaca keras pertanyaannya dan menantang teman sekelas untuk menginformasikan jawaban kepadanya.
b.    Topical Review ( Tinjauan Topik )
Strategi ini dengan lemah lembut menantang peserta didik untuk mengingat kembali apa yang dipelajari dalam setiap topic atau unit pelajaran. Ia adalah cara yang sangat baik untuk membantu peserta didik mengunjungi kembali isi yang telah dilipat.
        Adapun prosedur langkah-langkahnya adalah :
1)    Pada akhir pelajaran, sajikan kepada peserta didik daftar topik yang telah anda lipat. Jelaskan bahwa anda ingin menemukan apa yang mereka ingat tentangnya dan apa yang mereka lupakan. Juga suasana tetap informal sehingga mereka tidak merasa takut oleh aktifitas ini.
2)    Mintalah peserta didik mengingat kembali apa yang dibicarakan oleh setiap topik dan sebanyak apa yang dapat mereka ingat. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut :
•    Topik ini menunjukan apa?
•    Mengapa topik itu penting?
•    Siapa yang dapat memberikan contoh tentang topik yang sudah dipelajari?
•    Nilai apa yang diberikan topik ini kepada kamu?
3)    Jika hanya sedikti yang diingat, atasi kelupaannya dengan secara humor, atau salahkan diri anda sendiri agar topik itu “tidak dilupakan”,
4)    Teruskan secara kronologis sampai anda menyinggung semua materi yang sudah dipelajari.
5)    Ketika anda melewati seluruh kandungan, buat tanda akhir yang anda harapkan.
11.    Penilaian Diri
a.    Return on Your investment (Kembali pada Harapan Belajar Anda )
Pendekata ini mengejak peserta didik untuk menilai apakah mereka mendapatkeuntungan dari pelajaran yang sudah dipelajari. Ia menempatkan mereka dalam posisi memiliki harapan-harapan belajarnya sendiri, lebih dari semata-mata pergi sepanjang perjalanan.
Adapun prosedur langkah-langkahnya adalah :
1)    Pada awal pelajaran, perintahlan peserta didik untuk menuliskan apa yang mereka harapkan setelah mempelajari materi ini. Berikut ini beberapa cara untuk mengatur latihan :
•    Mintalah perserta didik mendaftar tujuan dari materi pelajaran.
•    Mntalah peserta didik untuk mendaftar tentang kesulitan dan ketidak mendarikan dari materi.
•    Mintalah peserta didik mendaftar cara-cara yang mungkin bisa mereka gunakan dari apa yang mereka pelajari.
2)    Secara periodik sisihkan beberapa saat untuk memberikan peserta membaca pertanyaan awal sendiri dan mempertimbangkan nilai apa yang telah diberikan oleh pelajaran kepada mereka sejauh ini.
3)    Pada akhir pelajaran, semester, atau melajaran studi, perintahkan peserta didik menilai apakah investasi mereka berupa waktu dan usaha di kelas telah memberikan hasil.
4)    Perolehlah feedback dari peserta didik.



BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Dengan berdasarkan pada rumuasna masalah, danmelihat hasil pembahasan, maka makalah inidapat diambil kesimpulan sbb:
2.    Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah proses belajar dimana mahasiswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Dalam pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari, dan guru lebih berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.
3.    Ciri-ciri pembelajaran aktif (Active Learning) adalah sebagai berikut:
a.    Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain.
b.    Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.
c.    Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.
d.    Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
e.    Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.
f.    Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.
g.    Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.
h.    Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).
i.    Mendorong peserta didik mengekspresi gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian, dan / atau permainan.
j.    Mendorong peserta didik agar tidak takut berbuat kesalahan.
k.    Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
l.    Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pasangan, kelompok, dan atau seluruh kelas.
m.    Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan sosial.
n.    Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera.
o.    Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.
p.    Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game).
q.    Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian, pemberian semangat.
r.    Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan.
s.    Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan.
t.    Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.
u.    Mendorong peserta didik menemukan sendiri.
v.    Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis
4.    Model belajar yang termasuk dalam pembelajaran aktif (Active Learning) adalah
a.    Strategi Membangun Tim,
b.    Strategi Penilaian Secara Cepat,
c.    Strategi Melibatkan Peserta Didik,
d.    Strategi Pengajaran Kelas Penuh,
e.    Strategi Marangsang Diskusi Kelas,
f.    Strategi Untuk Pertanyaan Terlalu Singkat,
g.    Strategi Belajar dengan Cara Bekerja Sama,
h.    Strategi mengajar Teman Sebaya,
i.    Strategi Belajar Mandiri,
j.    Strategi Belajar Efektig,
k.    Strategi Pengembangan Kecakapan,
l.    Strategi-strategi Meninjau Ulang,
m.    Strategi Penilaian Diri,
n.    Strategi Sentimen Terakhir
  
B.    Saran-Saran
1.    Guru harus mampu menguasai berbagai macam metode pembelajaran agar dapat menyampaikan materi dengan baik dan mudah dipahami siswa
2.    Supaya guru lebih memahami pentingnya metode dalam pengajaran agar lebih efektif dan efisien. Jadi guru dalam menggunakan metode bukan sekedar paham cara penggunaannya tetapi juga ruang lingkup metode itu sendiri
3.    Para guru diharapkan selalu meningkatkan ide dan kreatifitas dalam mengajar dengan mempelajari dan menerapkan metode-metode mengajar yang baru, dan mengembangkan potensi siswa serta mengadakan perubahan pembelajaran dari model lama ke model pembelajaran yang inovatif, yang lebih menarik, menyenangkan dan mengaktifkan siswa
4.    Penjelasan kepada siswa tentang penerapan sebuah metode penting agar siswa tidak terkejut, kaget dalam belajar menggunakan metode ygang baru dikenal




DAFTAR PUSTAKA
Online Collaborative Learning in Higher Education,(2003).  Promoting Collaborative Learning in Higher Education . di ambil dari (http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:MfwRsQmHL18J:scholar.google.com/+active+learning+cooperative+learning&hl=en&as_sdt=0,5&as_vis=1 25 Februari2012)

Boettcher, J, V. (2007).  Ten Core Principles for Designing Effective Learning Environments: Insights from Brain Research and Pedagogical Theory. UK diambil dari

http://www.innovateonline.info/pdf/vol3_issue3/Ten_Core_Principles_for_DesigningEffective_Learning_Environments-Insights_from_Brain_Research_and_Pedagogical_Theory.pdf f 25 February 2012

Brown, L.  and Lara,  V. (2007 ) .Professional Development Module on Collaborative Learning .El Paso Community College  Diambil dari http://www.texascollaborative.org/Collaborative_Learning_Module.htm 25 februari  2012

Dam, L. (2002). Workshop given at the annual IATEFL conference, UK.  Diambil dari http://ilearn.20m.com/research/zuinde.htm 25 Februari  2012

Djalil, A., dkk. (2005). Pembelajaran Kelas Rangkap, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.  Jakarta : Universitas Terbuka.

E. F. Barkley, K. P. Cross, & C. H. Major (2005) .Collaborative learning techniques a handbook for college faculty. USA: Jossey Bass Publisher  diambil dari http://www.uwlax.edu/catl/studentlearning/presentations/collaborativelearningtechniqueshandout.pdf  25 Februari 2012

Gokale, A. A (1995) Collaborative Learning Enhances Critical Thinking , Number 1 ( Journal of Technology Education)   Fall 1995, Volume 7, diambil dari http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/jte-v7n1/gokhale.jte-v7n1.html  25 Februari  2012

Highland Council Education, Culture and Sport Service, (2010). Learning and Teaching should meet the needs of the Whole Learner:Independent Learning, diambil dari: http://www.highlandschools-virtualib.org.uk/ltt/site_map.htm 25 Februari 2012

Kagan, S. (2001). Structures for Emotional Intelligence. Kagan Online Magazine.diambil dari . McKinney, K. (2010). Active Learning. Illinois State University. Center for Teaching, Learning & Technology 25 Februari 2012

Muijs, D dan Reynold, D (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. London: Sage Publication Ltd.  Diambil dari http://www.kaganonline.com/Newsletter/index.html 25 Februari 2012

Resources for Idaho teacher( 2010), Instructional Strategies: Definitions and Resources,  diambil dari http://www.foridahoteachers.org/strategies.htm#ThinkPairShare 25 Februari 2012

Sinclair, B. 2001.  What do we mean by learner independence? & Wrestling with a jelly: the evaluation of learner autonomy. : Higher Colleges of Technology, United Arab Emirates.
Diambil dari: http://ilearn.20m.com/research/zuinde.htm Feb 26 2012

Silberman, M (2004). Active Learning:101 Cara Belajar Siswa Aktif.Bandung: Penerbit Nusamedia& Nuansa.

Silver, H. F., Strong, R. W., & Perini, M. J. (2001). So each may learn: Integrating learning styles and multiple intelligences. Association for Supervision and Curriculum Development : Alexandria, VA diambil dari (http://www.teachervision.fen.com/writing/letters-and-journals/48544.html?page=2)  25 februari 2012
Teacher Vision. (2000). Reflective journal.USA.  Diambil dari 


1 komentar:

  1. kalau materi tentang BOS ada apa tidak? klo ada tolong dimuat,.saya sedang mencari soalnya,..terima kasih.

    BalasHapus